Monday, May 18, 2015

Grieving and Time


hei~
tema post kali ini merupakan pikiran-pikiran randomku selama seminggu kemarin. seminggu yang full of joyness dan juga sebaliknya, duka.

hari senin diawali seperti biasa. dengan kuliah haha..
hari selasa dan rabu merupakan full quality time sama Dipo, because he took 2 days off from work. dan di ke2 hari itu aku ngelunasin beberapa hutang-hutangku seperti mie sumatera, es duren, dan makan seafood Pak Jari di deket rumah. daaaan masih ada satu hutang yang belum dilunasin haha. maybe next time :D

and then, suddenly we get the news. Neneknya Dipo masuk ke rumah sakit. jadi kita datang buat njenguk Mak.
on my last visit, i said "Mak, della pulang dulu ya. Mak cepet sembuh"
Mak cuma geleng kepala. it's quite a shock to me
mungkin karena aku yang nggak pernah ngadepin situasi kaya gitu. aku cuma bisa bilang sama Dipo, mungkin Mak udah capek. sebenernya Mak nggak sakit apa-apa. tapi mungkin lebih ke faktor umur yang bisa dibilang sangat mengejutkan di era sekarang, yaitu 94 tahun.

hari rabu, aku dan Dipo bertekad buat doa di Gua Maria Kerep. waktu doa di sana, tiba-tiba hujan deres. berarti doa kita penuh berkat (Aamiin).
sore harinya, kita dapet kabar kalo Mak udah meninggal. ternyata Tuhan mendengarkan doa kami.

berhari-hari aku nemenin Dipo dan keluarganya. i cancelled my trip with my fellas on saturday.
waktu di rumah duka, muncul pikiran-pikiran randomku,

"ini belum ada tengah tahun. aku udah ngliat orang kehilangan 3x, termasuk kamu. ini yang mbuat aku berpikir, habis ini siapa lagi yang bakal kehilangan? bisa aja aku."
"Tuhan itu baik ya. semuanya udah diatur sama Dia. kok bisa ngepasi kamu cuti, kok bisa ngepasi aku belum pulang rumah."
"aku cuma mbayangin, ya amit-amit. kalau aku yang ada di posisimu, aku yang kehilangan orang terdekatku, kamu bisa nggak nguatin aku?" and he said, "kalo sekarang aku aja kuat ngadepin ini, pasti aku bisa nguatin kamu."
 
hari kamis, we had our 1st big issue karena adekku yang emang keterlaluan. Dipo udah bener-bener capek liat aku dipontang-panting karena adekku. dan sampe ada keadaan berkabung kaya gini pun masih aja dia seenaknya sendiri.

this was his words "kenapa selama kita pacaran sampe tunangan nggak pernah bisa punya waktu berdua yang nggak diganggu?", "keluargamu kayanya lebih mbutuhin kamu daripada aku. kalo hubungan kita mbebani kamu, mending kamu urus keluargamu dulu.", etc
what's on my mind at that time, that make my heart tore apart was  
"Ya, Tuhan. kenapa aku nggak bisa ngebahagiain orang yang aku sayang? padahal aku udah ngorbanin bahagiaku. tapi kenapa itu belum cukup? aku harus gimana?"
you know it hurts when you can make someone you love, happy.

we both cried (aku yang nangis paling nyesek, of course). he said  
"aku nggak bakal cari penggantimu. sayangku ke kamu itu nggak akan berubah. tapi yang perlu diperbaiki itu keadaannya."

lastly he said "kita itu bener-bener nggak bersyukur ya"

afterward, we did fine :D
hari-hari selanjutnya, aku masih nemenin Dipo dan mengikuti rangkaian acaranya, bertemu dengan keluarga besar dan kenalan lainnya.

muncul pikiran lagi  
"kumpulnya saudara atau keluarga cuma waktu nikahan atau ada yang meninggal"  
ironis. tapi memang begitu keadaannya.

at the end, aku mulai ngerti bahwa cara orang berduka itu berbeda-beda. bahwa dibalik senyum dan tawa mereka itu tersimpan duka dan kerinduan mendalam

in conclussion, aku harus belajar bersyukur atas apa yang aku miliki, apa yang Tuhan kasih ke aku. karena semua itu bisa diambil kapanpun Dia mau.

spare time with the one you love. enjoy the moment you have. it won't take long, but the memory lasts forever.


No comments:

Post a Comment